Spesifikasi
Merk : Prolink
Tipe modem : PCM 100
Frekuensi : 800/1900 MHz
Dimensi : 85,5 x 26 x 10 mm
Fitur
Modem CDMA 1xEVDO Rev A
Download up to 3,1 Mbps
SMS
Phonebook
Plug & Play
Sistem Operasi
Microsoft Windows 2000/XP/Vista/Win7
Mac: OS x 10.5,10.6,10.7
andri punya
Senin, 25 Juni 2012
Kamis, 21 Juni 2012
Faktor-Faktor Penyebab Penumpukan Sampah
1. volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
2. lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain.
3. jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
4. fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
5. teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
6. sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera dikeluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
7. tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.
8. kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
9. minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
10. manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi masyarakat sekitar.
2. lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain.
3. jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
4. fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
5. teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
6. sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera dikeluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
7. tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.
8. kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
9. minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
10. manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi masyarakat sekitar.
Senin, 07 Mei 2012
faktor faktor yang mempengaruhi prilaku pembuangan sampah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
sampah
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan”. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). “Sampah adalah suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam
yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,
Ecolink, 1996). “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula”. (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982) “Sampah adalah
sumberdaya yang tidak siap pakai.” (Radyastuti, W. Prof. Ir, 1996).
2.2
Sumber Sumber Sampah
A. Pemukiman/rumah
tangga
|
|||
|
BBiasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,
perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain,
sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.
|
||
.
|
B. Pertanian dan
Perkebunan
|
||
|
Sampah dari kegiatan
pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian
besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan
untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan
perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan. Sampah pertanian
lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi
untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik
ini bisa didaur ulang.
|
||
C.
Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
|
|||||||||||||
|
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran
gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik,
misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen, pasir,
spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.
|
||||||||||||
|
D. Perdagangan dan Perkantoran
|
||||||||||||
|
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko,
pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus,
pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran.
Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta,
biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol,
dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan
kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan
lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara
terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.
E. Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan
bahan kimia serpihan /potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk
(kertas,kayu,plastik,kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan) . sampah
industri berupa bahan kimia yang sering kali beracun memerlukan perlakuan
khusus sebelum di buang.
2.3 Jenis-Jenis Sampah
1. Sampah Anorganik/Kering
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaruhi
seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari
bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat
anorganik secara keseluruhan tidak dapat di uraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik,
dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan
asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena
kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain
(misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok
sampah anorganik.
2.
Sampah Organik/Basah
Sampah
Organik
terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam
atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang
lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
Faktor-Faktor Penyebab Penumpukan Sampah
1. volume sampah sangat besar dan tidak
diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
2,
lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain
3. jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga
waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
4. fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan
tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi
tumpukan sampah.
5.
teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
6. sampah yang telah matang dan berubah menjadi
kompos tidak segera di keluarkan dari
tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
7. tidak semua lingkungan memiliki lokasi
penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat
sebagai jalan pintas.
8. kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah
mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
9. minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik
mengenai pengolahan sampah secara tepat.
10 manajemen sampah tidak efektif. hal ini dapat
menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi
masyarakat sekitar.
2.4 Pengelolaan
Sampah
A.
Pemilahan
Kegiatan pemilahan
sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mengurangi timbunan
sampah yang akan dibawa ke TPA. Kegiatan pemilahan ini dilakukan dengan
memasukkan sampah ke dalam 3 wadah/tempat berdasarkan jenisnya. Sampah-sampah
organik, seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan.
Sampah jenis ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjdai kompos.
Sampah-sampah anorganik yang
bermanfaat,
seperti kertas bekas, plastik, gelas/kaca. Sampah keras dapat dimanfaatkan kembali
menjadi kertas daur dan memiliki nilai ekonomis. Sampah plastik dapat digunakan
kembali atau dapat dijual. Sampah gelas/kaca dapat dimanfaatkan kembali atau
dijual. Sampah-sampah anorganik yang tidak bermanfaat, seperti logam
kecil, puntung rokok. Sampah ini ditampung, dikumpulkan untuk kemudian
diangkut oleh petugas kebersihan.
B.
Pengumpulan
Sistem pengumpulan sampah,
khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan berdasarkan kondisi dan kultur masyarakat.
Umumnya di kota-kota besar terutama di wilayah Jakarta pengumpulan sampah
dilakukan sebagai berikut :
Tiap Rumah Tangga menyediakan
tempat atau wadah sampah tertutup yang dilapisi kantong plastik, untuk
menampung sampah yang tidak dapat dimanfaatkan.
Dipo adalah tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang
meliputi satu kelurahan kurang lebih 30.000 warga, dengan daya tampung sampah
sekitar 150 meter kubik.
Pool Container, biasanya terletak di pinggir
jalan di sebuah lokasi pemukiman dan memiliki volume kurang lebih 6-10 meter
kubik, berbentuk sebuah bak penampungan besi. Pool caontainer ini diangkut
oleh truk dinas kebersihan dengan sistem hidrolik.
C, Pengangkutan
Pengangkutan sampah daarti
tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA)
dilakukan oleh dinas kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan dengan sistem
pembagian lokasi, setiap truk pengangkut sampah mempunyai tugas di wilayah
tertentu. Jenis angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA antara
lain:
Truk Terbuka, memiliki kapasitas
cukup besar untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA dengan menutup bagian
atas dengan jaring atau terpal.
Truk Kompaktor, mengangkut sampah dari pemukiman
sebagai tempat pembuangan sampah sementara.
Truk Tripper, mengangkut sampah dari TPS ke TPA.
Truk Hidrolik Kontainer, bertugas mengangkut kontainer yang
sudah penuh ke TPA.
D. Tempat Pembuangan Terakhir/ TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus
memenuhi persyaratan umum antara lain:
E. Metode Open
Dumping
Cara pembuangan yang umum dilakukan di
Indonesia dan dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu
tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Cara ini tidak dianjurkan
karena memiliki dampak negatif yang tinggi terhadap kesehatan lingkungan.
F. Metode Controlled Landffil
Sampah dihamparkan pada lokasi cekungan
dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada ketebalan tertentu yang
dilakukan secara periodik. Cara ini bukan yang ideal namun untuk saat ini
cocok diterapkan di Indonesia.
G. Metode Sanitary Landffil
Sampah diletakkan pada lokasi cekung,
kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan
digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan tenah sehingga
berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary
landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul
dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses
penguraian sampah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun
memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.
2.5 Pemusnahan
Sampah
Pemusnahan dilakukan dengan insenator.
Sampah dibakar secara terkendali sehingga berubah menjadi gas, asap dan abu.
Teknologi ini harus mampu menghasilkan limbah gas yang sesuai standar baku
mutu udara, memerlukan biaya tinggi dan diperlukan perencanaan yang matang. Insenator
di Indonesia tidak ada yang baik, karena 3 hal: 1) kelayakan teknis tidak
terpenuhi; 2) kelayakan finansial tidak terpenuhi; 3) efektifitas pengelolaan
sampah kota lebih diutamakan (100% terangkut).
2.6
Pemanfaatan
Sampah
1. Pengertian Kompos
Apakah
yang dimaksud dengan kompos? Kompos adalah pupuk organik yang berasal dari
sampah rumah tangga, sampah tanaman, sampah pasar dan lain-lain dan dibuat
melalui proses pengomposan.
2. Manfaat Kompos
Bagi tanaman; menambah kemampuan tanah dalam
menyimpan air dan menyerap pupuk tambahan lainnya. Selain itu kompos juga
menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik sehingga tanah
menjadi subur. Hal ini akan membantu pertumbuhan tanaman.
Bagi manusia; menambah penghasilan penduduk
dari hasil penjualan kompos, mengurangi timbunan sampah dan nilai estetika
lingkungan, mempertahankan kualitas lingkungan di sekeliling, dan alternatif
lapangan kerja bagi penduduk.
3. Cara Membuat Kompos
A.
Peralatan
Yang Dibutuhkan
1. Keranjang pengangkat.
2. Cangkrang / garpu untuk
pembalikan.
3. Sekop untuk pengayakan.
4. Alat pengukur panas/suhu
(thermometer alcohol, jangan thermometer air raksa).
5. Terowongan udara terbuat dari
bambu untuk menjadi dasar tumpukan dan saluran udara. Tinggi segitiga + 50
cm, lebar dasar + 30 cm, dan panjang + 2cm.
6.
Avakan/saringan
di gunakan sebagai penyaringan kompos yang sudah jadi agar dapat di pisahkan
sesuai ukuran.
B.Langkah-Langkah
1.
Pemilahan sampah:
bahan yang akan dibuat kompos sebaiknya sampah organik yang masih segar,
untuk menghindari lalat, bau dan menjaga mutu kompos.
2. penumpukan
Sampah: susun tumpukan sampah pilihan ke dalam terowongan udara dari
bambu. Siram air secara merata pada tumpukan tersebut, jasad renik akan
bekerja pada proses pelapukan. Proses penumpukan ini diusahakan tidak lebih
dari 3 hari.
3. Pemantauan suhu: pemantauan
suhu selama 2-4 hari pertama sangat penting. Suhu tumpukan kompos akan
berangsur naik, ini sangat berguna untuk mematikan biji tanaman yang tidak
dikehendaki, membuahkan bibit penyakit, dan memperlunak bahan.Namun suhu
tidak boleh di atas 65 derajat celcius karena dapat mematikan jasad renik
yang dibutuhkan dalam proses pelapukan. Jika suhu tinggi maka perlu dilakukan
pembalikan.
4. Pelapukan: Suhu yang dibutuhkan berkisar
45-65 derajat celcius dan kelembapan sekitar 50%. Untuk mengatur suhu,
kelembapan dan masukan oksigen perlu dilakukan pembalikan dan penyiraman air.
Untuk mengukur suhu, ikat alat ukur suhu/termometer ke dalam 2 per 3 tinggi tumpukan
kompos dengan bantuan batang kayu. Sedangkan kelembapan diukur dengan cara
mengepalkan bahan kompos dengan tangan. Jika bahan yang dikepalkan tidak
mengeluarkan air dan buyar maka tumpukan harus disiram air, sebaliknya jika
air mulai mengalir maka tumpukan terlalu basah dan perlu pembalikan dengan
segera. Proses pelapukan biasanya berlangsung selama + 35 hari hingga
warnanya berubah menjadi coklat tua atau kehitaman.
5. pematangan: setelah kompos
terbentuk seperti tanah, perlu langkah pematangan selama 14 hari dan suhu
tumpukan kompos tetap di jaga. Jika suhu di atas 45 derajad celcius perlu
pembalikan, apabila suhu tetap di bawah 45 derajad celcius maka dapat di
simpulkan bahwa kompos mulai matang. Proses pematangan ini di perlukan unutk
meyakinkan bahwa kompos telah benar-benar aman digunakan sebagai pupuk
tanaman.
6. Pemanenan: kompos
yang telah matang dipisahkan antara butiran halus dan kasar dengan cara
mengayak. Selain untuk memisahkan butiran, proses ini untuk menyaring
benda-benda yang tidak diperlukan seperti plastik dll. Sebagai produk
penjualan, kompos yang telah diayak sebaiknya dikemas dengan kantong plastik
berdasarkan ukuran butiran. Butiran halus dipergunakan untuk pot atau
persemaian sedangkan butiran besar untuk perkebunan.
4. Daur
Ulang Sampah
1. pengertian
Daur ulang adalah penggunaan
kembali material/barang yang sudah tidak terpakai untuk menjadi produk lain.
2. Langkah-Langkah
a. Pemisahan; pisahkan barang/material yang
dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke penimbunan sampah. Pastikan
barang/material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan
bersih.
b. Penyimpanan; simpanlah barang/material
kering yang sudah dipisahkan tadi dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup
tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas,
dll.
c. Pengiriman/penjualan; barang/material yang
terkumpul dijual ke pabrik, yang membutuhkan material tersebut sebagai bahan
baku atau dijual ke pemulung.
5. Material daur ulang
1. kertas: semua kertas dapat di
daur ulang, misalnya kertas, Koran, buku, telepon bekas, kardus dll.
2. gelas : botol kecap, botol
sirup, gelas/piring pecah dapat di gunakan lagi untuk membuat
botol/gelas/piring baru.
3. aluminium: kaleng bekas minuman
ringan, sarden, corned, panic bekas, dapat di manfaatkan kembali sebagai
kaleng pengemas.
4.
baja: baja bekas konstruksi bangunan akan berguna sebagai bahan baku
pembuatan baja.
5.
plastik bekas seperti kantong plastic dipisahkan
dengan plastik bekas botol aqua. Plastik sebaiknya digunakan semaksimal
mungkin karena tidak dapat di uraikan oleh alam.
6. Barang barang rumah tangga: material tidak
terpakai seperti baju bekas, kursi rusak, mainan anak anak dll. Sebaiknya di
berikan kepada orang yang dapat memperbaikinya dan membutuhkan. Hal ini dapat
mengurangi timbunan sampah.
2.7
Hubungan Sampah Dengan Manusia Dan Lingkungan
Sampah
berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan
dampak positif dan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, baik atau
buruknya dampak tersebut tergantung pada kita bagaimana mengelolanya.
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan
pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang merugikan.
Untuk mengetahui dampak tersebut lebih jelas dapat di lihat seperti:
A.
Dampak terhadap manusia
1. Dampak menguntungkan
·
Dapat digunakan sebagai makanan ternak
·
Dapat berperan sebagai sumber energy
·
Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk
dimanfaatkan
2. Dampak merugikan
·
Dapat berperan sebagai sumber penyakit
·
Dapat menimbulkan bahaya kebakaran
B.Dampak
terhadap lingkungan
1. Dampak menguntungkan
·
Dapat dipakai sebagai penyubur tanah
·
Dapat dipakai sebagai penimbun tanah
·
Dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses
daur ulang
2. Dampak merugikan
·
Dapat menimbulkan bau yang tidak enak
·
Dapat menimbulkan pencemaran udara, tanah, dan air
·
Dapat menimbulkan banjir
2.8 Hambatan
dalam pengelolaan sampah
Masalah
pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena:
1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih
cepat dari pada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan
sampah.
2. Meningkatnya taraf hidup masyarakat yang
tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
3. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak
efisien menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air. Gangguan estetika dan
memperbanyak populasi lalat dan tikus.
4. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan
peraturan.
5. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk
memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. (slamet, 2002.)
Dari uraian diatas dapat di lihat bahwa
faktor yang lebih dominan menimbulkan
hambatan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya pengetahuan tentang
pengelolaan sampah. Kebiasaan pengelolaan sampah yang kurang baik dan
kurangnya partisipasi masyarakat dalam memelihara kebersihan. Keseluruhan
dari faktor-faktor di atas merupakan bagian dari prilaku, baik prilaku
individu, kelompok, maupun masyarakat.
2.9 Teori
Prilaku
1.
Teori Naluri (instinct theory)
Ada
beberapa teori yang dapat di kemukakan oleh MC dougaal sebagai pelopor
psikologi sosial. Menurut beliau prilaku itu disebabkan naluri naluri
merupakan prilaku yang innate, prilaku bawaan dan naluri akan mengalami
perubahan karena pengelaman.
2.
Teori dorongan (drive theory)
Teori
ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan ini berkaitan dengan
kebutuhan organism yang mendorong organism berprilaku. Bila organisme
mempunyai kebutuhan, dan organisme inngin memenuhi kebutuhannya maka akan
terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berprilaku dapat
memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari
dorongan dorongan tersebut.
3.
Teori insentif (insentive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa prilaku organisme itu
disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme
berbuat atau berprilaku.
4.
Teori Atribusi
Teori
ini menjelaskan tentang sebab sebab prilaku orang. Apakah prilaku itu
disebabkan oleh disposisi internal ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini
dikemukakan oleh fritz heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi
sosial. Pada dasarnya prilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi
juga dapat eksternal (machfoedz, suryani, 2006.)
2.10
Prilaku manusia
2.10.1 Konsep prilaku
Prilaku adalah semua kegiatan
atau aktifitas diamati oleh pihak luar.
Menurut skinner (1938) yang dikutip oleh notoatmojo (2003) menegaskan
bahwa prilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan atau
stimulus dari luar. Oleh karena itu teori skinner ini disebut teori S-O-R
atau stimulus-oganisme-respon-
Skinner
membedakan adanya 2 respon:
1.
Respondend respon atau refleksixe respon yaituh:
respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu misalnya cahaya menyilaukan
menyebabkan mata tertutup.
2.
Operant respons atau instrumental respon yakni:
timbulnya respon diikuti stimulus atau perangsangan tertentu. Misalnya
seorang staf mengerjakan pekerjaannya dengan baik maka sebagai imbalannya
petugas itu mendapatkan reward/hadiah. Maka petugas tadi akan lebih baik lagi
melaksankan tugas berikutnya.
Sebagian
besar prilaku manusia adalah operant response oleh sebab itu untuk membentuk
jenis respon atau prilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tetentu yang
disebut operant conditioning. Prilaku dan gejala prilaku tampak pada kegiatan
organisme dipengaruhi oleh factor genetika/keturunan dan lingkungannya.
Secara umum dikaitkan bahwa faktor genetika dan lingkungan ini merupakan
faktor penentu daripada prilaku mahluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan
lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan prilaku tersebut.
Suatu
mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya
prilaku disebut proses belajar (learning process).
Blum
(1908) seorang ahli psikologipendidikan membagi prilaku manusia itu kedalam 3
kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Komponen kognitif terdiiri
dari seluruh kognisi yang dimiliki seorang mengenai objek tertentu seperti
pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari
penilaian dan komponen psikomotor terdiri dari kesiapan seorang untuk
bereaksi atau kecendrungan untuk bertindak terhadap objek (Notoatmojo,2002).
Dalam
perkembangan, teori blum ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni:
A.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan . pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang.
Tingkat
seseorang didalam domain kognitif
1.
Tahu (know)
Tahu
diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam tingkatan ini adalah meningkat kembali terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui yang
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
4. Analisis
Analisis atau kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen tetapi masih
tindakan suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi formulasi yang
ada.
6. Evaluasi
B. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari hari merupakan reaksi yang bersifat, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
prilaku.
Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaituh:
1. Kepercayaan (keyakinan) ide/konsep
terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek
3. Kecendrungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini bersama sama
membentuk sikap yang utuh. Berbagai tingkatan sikap yaituh:
1. Menerima, diartikan subjek mau dan
memperlihatkan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon, memberikan jawaban
apabila ditanya, mengejakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai, mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendikusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab atas segala yang
telah dipilinya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi
(Notoatmojo, 2003)
C. Ciri Ciri Dan Fungsi Sikap
Sikap menentukan jenis tabiat
tingkah laku hubungannya dengan perangsangan yang relevan orang orang atau
kejadian kejadian dapatlah dikatakan bahwa sikap itu faktor internal, tetapi
tidak semua faktor internal adalah sikap.
1. Sikap itu dipelajari
Sikap merupakan hasil belajar ini
perlu dibedakan dengan motif motif psikologi lainnya yang tidak dipelajari
misalnya lapar, haus, adalah motif psikologi yang tidak dipelajari sedangkan
pilihan kemakanan eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja
atau tanpa kesadaran sebagian individu. Barang kali terjadi adalah
mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal ini akan
membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membatu tujuan kelompok, atau
memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2. Memiliki kesadaran (stability)
Sikap bermula dari dipelajari,
kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengelaman.
3. Personal societal significance
Sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Sikap
seorang merasa bahwa orang lain, menyenangkan, terbuka serta hangat maka ini
akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable.
4. Berisi cognity dan affecti
Komponen cognity dan affect dari
pada sikap adalah berisi informasi yang factual. Misalnya objek itu dirasakan
menyenangkan/tidak menyenangkan.
5. Approach avoidance
directionalitity
Bila seseorang memiliki sikap yang
favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya,
sebaiknya bila seorang memiliki sikap yang anfavorable, mereka akan
menghindarinya (Ahmadi, 1999).
D. Fungsi sikap
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk
menyesuaikan diri
Bahwa sikap adalah sesuatu yang
bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah dipelajari sehingga muda
pula menjadi milik bersama. Biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya
yang sama terhadap sesuatu objek sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi
rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya. yang mengambil sikap yang
sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku anggota lainya.
2. Sikap sebagai alat pengukur
tingkah laku
Kita tahu bahwa tingkah laku anak
kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi aksi yang spontan terhadap
sekitarnya. Antara perangsangan dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi
pada anak dewasa yang sudah lanjut usia perangsangan itu pada umumnya tidak
diberi, reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar
untuk menilai perangsangan perangsangan itu. Jadi antara perangsangan dan
reaksi terdapat suatu yang disisipkan yaituh sesuatu yang berwujud
pertimbangan pertimbangan terhadap perangsangan itu.
3. Sikap berfungsi sebagai alat
pengatur pengelaman pengelaman
Dalam hal ini perlu dikemukakan
bahwa manusia dalam menerima pengelaman pengelaman dari luar sikapnya tidak
pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengelaman yang berasal dari
dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih
milih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengelaman itu diberi nilai lalu dipilih.
4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan
kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap sikap pada objek tertentu
sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. jadi sikap
sebagai pernyataan pribadi (Ahmadi, 1999).
2.10.2
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku
Green (1980),
mengembangkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi prilaku adalah sebagai
berikut:
a.
Faktor prediposisi (Predisposing factor)
Seperti kebiasaan,
tradisi, sikap, kepercayaan, pengetahuan dan lain lain
b.
Faktor yang memudahkan (Enebling factor)
Seperti ketersediaan
fasilitas dan lain sebagainya.
c.
Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)
Seperti sikap dan
prilaku petugas kesehatan (Notoatmojo, 2003)
2.10.3
Cara pembentukan prilaku
A.
Pembentukan prilaku dengan kebiasaan yaituh dengan cara
membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang di harapkan, akhirnya akan
terbentuklah prilaku tersebut.
B.
Pembentukan prilaku dengan pengertian yaituh pembentukan prilaku
yang ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori
belajar kognitif, yaituh belajar dengan disertai adanya pengertian.
C. Pembentukan prilaku
dengan menggunakan model yaituh pemimpin dijadikan model atau contoh oleh
yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social
learning theory) (suryani, 2003).
2.10.4
Proses Perubahan Prilaku
1. Perubahan Alamiah
Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan, maka
kita sering mengikuti perubahan itu tanpa banyak pikiran inilah yang disebut
dengan perubahan alamiah.
2. Perubahan tercerna
Perubahan ini terjadi
karena memang direncanakan sendiri.
3. Kesediaan berubah
Sebagian orang sangat cepat untuk menerima suatu perubahan,
tetapi sebagian orang lain sangat lambat untuk menerima perubahan
(Notoatmojo, 2003).
2.10.5
Prilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan
prilaku dari skinner maka prilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. System
pelayanan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini.
Prilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1. Prilaku pemeliharaan
kesehatan (health maintenance)
Yaituh usaha usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Prilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
Prilaku ini menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit / kecelakaan.
3. Prilaku kesehatan
lingkungan
Yaituh bagaimana seseorang
merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya
(Notoatmojo, 2003).
|
Langganan:
Postingan (Atom)