Senin, 25 Juni 2012

Review modem esia max-d

Spesifikasi

Merk           :     Prolink
Tipe modem :     PCM 100
Frekuensi     :     800/1900 MHz
Dimensi        :     85,5 x 26 x 10 mm

Fitur

Modem CDMA 1xEVDO Rev A
Download up to 3,1 Mbps
SMS
Phonebook
Plug & Play

Sistem Operasi

Microsoft Windows 2000/XP/Vista/Win7
Mac: OS x 10.5,10.6,10.7

Kamis, 21 Juni 2012

Faktor-Faktor Penyebab Penumpukan Sampah

1.    volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
2.    lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain.
3.    jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
4.    fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
5.    teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
6.    sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera dikeluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
7.    tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.
8.    kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
9.    minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
10.    manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi masyarakat sekitar.

Senin, 07 Mei 2012

faktor faktor yang mempengaruhi prilaku pembuangan sampah



                                                                              BAB II
                                                                TINJAUAN PUSTAKA
   2.1 Pengertian sampah
     Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996). “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula”. (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982) “Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai.” (Radyastuti, W. Prof. Ir, 1996).
2.2  Sumber Sumber Sampah

A. Pemukiman/rumah tangga

BBiasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.

.

B. Pertanian dan Perkebunan


Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.







  

C. Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung

Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.



D. Perdagangan dan Perkantoran

Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.

E. Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan bahan kimia serpihan /potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,kayu,plastik,kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan) . sampah industri berupa bahan kimia yang sering kali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum di buang.

2.3  Jenis-Jenis Sampah

1. Sampah Anorganik/Kering

e.


Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaruhi seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat di uraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.

2. Sampah Organik/Basah

Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

Faktor-Faktor Penyebab Penumpukan Sampah

1. volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
2, lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain
3. jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang         efektif.



4. fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
5. teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
6. sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera di keluarkan dari          tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
7. tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.
8. kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
9. minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara  tepat.
10 manajemen sampah tidak efektif. hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama   bagi masyarakat sekitar.

2.4  Pengelolaan Sampah
A.    Pemilahan
Kegiatan pemilahan sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mengurangi timbunan sampah yang akan dibawa ke TPA. Kegiatan pemilahan ini dilakukan dengan memasukkan sampah ke dalam 3 wadah/tempat berdasarkan jenisnya. Sampah-sampah organik, seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sampah jenis ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjdai kompos.




      Sampah-sampah anorganik yang bermanfaat, seperti kertas bekas, plastik, gelas/kaca.       Sampah keras dapat dimanfaatkan kembali menjadi kertas daur dan memiliki nilai ekonomis. Sampah plastik dapat digunakan kembali atau dapat dijual. Sampah gelas/kaca dapat dimanfaatkan kembali atau dijual. Sampah-sampah anorganik yang tidak bermanfaat, seperti logam kecil, puntung rokok. Sampah ini ditampung, dikumpulkan untuk kemudian diangkut oleh petugas kebersihan.

B.     Pengumpulan
     Sistem pengumpulan sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan  berdasarkan kondisi dan kultur masyarakat. Umumnya di kota-kota besar terutama di wilayah Jakarta pengumpulan sampah dilakukan sebagai berikut :
     Tiap Rumah Tangga menyediakan tempat atau wadah sampah tertutup yang dilapisi kantong plastik, untuk menampung sampah yang tidak dapat dimanfaatkan.
     Dipo adalah tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang meliputi satu kelurahan kurang lebih 30.000 warga, dengan daya tampung sampah sekitar 150 meter kubik.
     Pool Container, biasanya terletak di pinggir jalan di sebuah lokasi pemukiman dan memiliki volume kurang lebih 6-10 meter kubik, berbentuk sebuah bak penampungan besi. Pool caontainer ini diangkut oleh truk dinas kebersihan dengan sistem hidrolik.
     C, Pengangkutan


     


    
     Pengangkutan sampah daarti tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh dinas kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan dengan sistem pembagian lokasi, setiap truk pengangkut sampah mempunyai tugas di wilayah tertentu. Jenis angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA antara lain:
     Truk Terbuka, memiliki kapasitas cukup besar untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA dengan menutup bagian atas dengan jaring atau terpal.
     Truk Kompaktor, mengangkut sampah dari pemukiman sebagai tempat pembuangan sampah sementara.
     Truk Tripper, mengangkut sampah dari TPS ke TPA.
     Truk Hidrolik Kontainer, bertugas mengangkut kontainer yang sudah penuh ke TPA.
D. Tempat Pembuangan Terakhir/ TPA

     Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus memenuhi persyaratan umum antara lain:

  1. Sudah tercakup dalam tata ruang kota dan daerah.
  2. Jenis tanah harus kedap air, sehingga mencegah tercemarinya air tanah.
  3. Daerah yang tidak produktif untuk tanah pertanian.
  4. Digunakan minimal 5 sampai 10 tahun.



  1. Tidak berpotensi mencemari sumber air.
  2. Jarak dengan daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km.
  3. Merupakan daerah bebas banjir.
  4. Tidak berlokasi di danau, sungai, atau laut.
      E. Metode Open Dumping
      Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Cara ini tidak dianjurkan karena memiliki dampak negatif yang tinggi terhadap kesehatan lingkungan.
     F. Metode Controlled Landffil
     Sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. Cara ini bukan yang ideal namun untuk saat ini cocok diterapkan di Indonesia.
    G. Metode Sanitary Landffil
     Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan tenah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.
     

   
     2.5 Pemusnahan Sampah
     Pemusnahan dilakukan dengan insenator. Sampah dibakar secara terkendali sehingga berubah menjadi gas, asap dan abu. Teknologi ini harus mampu menghasilkan limbah gas yang sesuai standar baku mutu udara, memerlukan biaya tinggi dan diperlukan perencanaan yang matang. Insenator di Indonesia tidak ada yang baik, karena 3 hal: 1) kelayakan teknis tidak terpenuhi; 2) kelayakan finansial tidak terpenuhi; 3) efektifitas pengelolaan sampah kota lebih diutamakan (100% terangkut).
2.6  Pemanfaatan Sampah
1.      Pengertian Kompos
Apakah yang dimaksud dengan kompos? Kompos adalah pupuk organik yang berasal dari sampah rumah tangga, sampah tanaman, sampah pasar dan lain-lain dan dibuat melalui proses pengomposan.

2.      Manfaat Kompos
Bagi tanaman; menambah kemampuan tanah dalam menyimpan air dan menyerap pupuk tambahan lainnya. Selain itu kompos juga menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik sehingga tanah menjadi subur. Hal ini akan membantu pertumbuhan tanaman.
Bagi manusia; menambah penghasilan penduduk dari hasil penjualan kompos, mengurangi timbunan sampah dan nilai estetika lingkungan, mempertahankan kualitas lingkungan di sekeliling, dan alternatif lapangan kerja bagi penduduk.
3.      Cara Membuat Kompos



A.    Peralatan Yang Dibutuhkan
1.      Keranjang pengangkat.
2.      Cangkrang / garpu untuk pembalikan.
3.      Sekop untuk pengayakan.
4.      Alat pengukur panas/suhu (thermometer alcohol, jangan thermometer air raksa).
5.      Terowongan udara terbuat dari bambu untuk menjadi dasar tumpukan dan saluran udara. Tinggi segitiga + 50 cm, lebar dasar + 30 cm, dan panjang + 2cm.
6.      Avakan/saringan di gunakan sebagai penyaringan kompos yang sudah jadi agar dapat di pisahkan sesuai ukuran.
      B.Langkah-Langkah
      1.   Pemilahan sampah: bahan yang akan dibuat kompos sebaiknya sampah organik yang masih segar, untuk menghindari lalat, bau dan menjaga mutu kompos.
      2.   penumpukan Sampah: susun tumpukan sampah pilihan ke dalam terowongan udara dari bambu. Siram air secara merata pada tumpukan tersebut, jasad renik akan bekerja pada proses pelapukan. Proses penumpukan ini diusahakan tidak lebih dari 3 hari.
      3.  Pemantauan suhu: pemantauan suhu selama 2-4 hari pertama sangat penting. Suhu tumpukan kompos akan berangsur naik, ini sangat berguna untuk mematikan biji tanaman yang tidak dikehendaki, membuahkan bibit penyakit, dan memperlunak bahan.Namun suhu tidak boleh di atas 65 derajat celcius karena dapat mematikan jasad renik yang dibutuhkan dalam proses pelapukan. Jika suhu tinggi maka perlu dilakukan pembalikan.




4.      Pelapukan: Suhu yang dibutuhkan berkisar 45-65 derajat celcius dan kelembapan sekitar 50%. Untuk mengatur suhu, kelembapan dan masukan oksigen perlu dilakukan pembalikan dan penyiraman air. Untuk mengukur suhu, ikat alat ukur suhu/termometer ke dalam 2 per 3 tinggi tumpukan kompos dengan bantuan batang kayu. Sedangkan kelembapan diukur dengan cara mengepalkan bahan kompos dengan tangan. Jika bahan yang dikepalkan tidak mengeluarkan air dan buyar maka tumpukan harus disiram air, sebaliknya jika air mulai mengalir maka tumpukan terlalu basah dan perlu pembalikan dengan segera. Proses pelapukan biasanya berlangsung selama + 35 hari hingga warnanya berubah menjadi coklat tua atau kehitaman.

5.       pematangan: setelah kompos terbentuk seperti tanah, perlu langkah pematangan selama 14 hari dan suhu tumpukan kompos tetap di jaga. Jika suhu di atas 45 derajad celcius perlu pembalikan, apabila suhu tetap di bawah 45 derajad celcius maka dapat di simpulkan bahwa kompos mulai matang. Proses pematangan ini di perlukan unutk meyakinkan bahwa kompos telah benar-benar aman digunakan sebagai pupuk tanaman.

6.      Pemanenan: kompos yang telah matang dipisahkan antara butiran halus dan kasar dengan cara mengayak. Selain untuk memisahkan butiran, proses ini untuk menyaring benda-benda yang tidak diperlukan seperti plastik dll. Sebagai produk penjualan, kompos yang telah diayak sebaiknya dikemas dengan kantong plastik berdasarkan ukuran butiran. Butiran halus dipergunakan untuk pot atau persemaian sedangkan butiran besar untuk perkebunan.





   
         4. Daur Ulang Sampah 
         1. pengertian Daur ulang adalah penggunaan kembali material/barang yang sudah tidak     terpakai untuk menjadi produk lain.
         2. Langkah-Langkah
         a. Pemisahan; pisahkan barang/material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke penimbunan sampah. Pastikan barang/material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan bersih.
        b. Penyimpanan; simpanlah barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll.
        c. Pengiriman/penjualan; barang/material yang terkumpul dijual ke pabrik, yang membutuhkan material tersebut sebagai bahan baku atau dijual ke pemulung.   
        5. Material daur ulang
        1. kertas: semua kertas dapat di daur ulang, misalnya kertas, Koran, buku, telepon bekas, kardus dll.
        2. gelas : botol kecap, botol sirup, gelas/piring pecah dapat di gunakan lagi untuk membuat botol/gelas/piring baru.
      





        3. aluminium: kaleng bekas minuman ringan, sarden, corned, panic bekas, dapat di manfaatkan kembali sebagai kaleng pengemas.
       4.  baja: baja bekas konstruksi bangunan akan berguna sebagai bahan baku pembuatan baja.
      5.  plastik bekas seperti kantong plastic dipisahkan dengan plastik bekas botol aqua. Plastik sebaiknya digunakan semaksimal mungkin karena tidak dapat di uraikan oleh alam.
     6.   Barang barang rumah tangga: material tidak terpakai seperti baju bekas, kursi rusak, mainan anak anak dll. Sebaiknya di berikan kepada orang yang dapat memperbaikinya dan membutuhkan. Hal ini dapat mengurangi timbunan sampah.
            2.7 Hubungan Sampah Dengan Manusia Dan Lingkungan
            Sampah berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, baik atau buruknya dampak tersebut tergantung pada kita bagaimana mengelolanya. Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang merugikan. Untuk mengetahui dampak tersebut lebih jelas dapat di lihat seperti:




       
A.    Dampak terhadap manusia
1.    Dampak menguntungkan
·         Dapat digunakan sebagai makanan ternak
·         Dapat berperan sebagai sumber energy
·         Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan
2.    Dampak merugikan
·         Dapat berperan sebagai sumber penyakit
·         Dapat menimbulkan bahaya kebakaran
B.Dampak terhadap lingkungan
1.    Dampak menguntungkan
·         Dapat dipakai sebagai penyubur tanah
·         Dapat dipakai sebagai penimbun tanah
·         Dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang
2.    Dampak merugikan
·         Dapat menimbulkan bau yang tidak enak
·         Dapat menimbulkan pencemaran udara, tanah, dan air
·         Dapat menimbulkan banjir
2.8  Hambatan dalam pengelolaan sampah
Masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena:
1.    Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari pada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan sampah.





2.    Meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
3.    Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air. Gangguan estetika dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.
4.    Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
5.    Kurangnya partisipasi masyarakat untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. (slamet, 2002.)
             Dari uraian diatas dapat di lihat bahwa faktor yang lebih dominan menimbulkan    hambatan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Kebiasaan pengelolaan sampah yang kurang baik dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam memelihara kebersihan. Keseluruhan dari faktor-faktor di atas merupakan bagian dari prilaku, baik prilaku individu, kelompok, maupun masyarakat.
2.9  Teori Prilaku
1.   Teori Naluri (instinct theory)
Ada beberapa teori yang dapat di kemukakan oleh MC dougaal sebagai pelopor psikologi sosial. Menurut beliau prilaku itu disebabkan naluri naluri merupakan prilaku yang innate, prilaku bawaan dan naluri akan mengalami perubahan karena pengelaman.




     



2.      Teori dorongan (drive theory) 
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan organism yang mendorong organism berprilaku. Bila organisme mempunyai kebutuhan, dan organisme inngin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berprilaku dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan dorongan tersebut.  
3.      Teori insentif (insentive theory)
            Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa prilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berprilaku.
4.      Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab sebab prilaku orang. Apakah prilaku itu disebabkan oleh disposisi internal ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh fritz heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya prilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat eksternal (machfoedz, suryani, 2006.)
2.10        Prilaku manusia
2.10.1 Konsep prilaku



    

           Prilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas diamati oleh pihak luar.
           Menurut skinner (1938) yang dikutip oleh notoatmojo (2003) menegaskan bahwa prilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Oleh karena itu teori skinner ini disebut teori S-O-R atau stimulus-oganisme-respon-
Skinner membedakan adanya 2 respon:
1.     Respondend respon atau refleksixe respon yaituh: respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu misalnya cahaya menyilaukan menyebabkan mata tertutup.
2.     Operant respons atau instrumental respon yakni: timbulnya respon diikuti stimulus atau perangsangan tertentu. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaannya dengan baik maka sebagai imbalannya petugas itu mendapatkan reward/hadiah. Maka petugas tadi akan lebih baik lagi melaksankan tugas berikutnya.
Sebagian besar prilaku manusia adalah operant response oleh sebab itu untuk membentuk jenis respon atau prilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tetentu yang disebut operant conditioning. Prilaku dan gejala prilaku tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi oleh factor genetika/keturunan dan lingkungannya. Secara umum dikaitkan bahwa faktor genetika dan lingkungan ini merupakan faktor penentu daripada prilaku mahluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan prilaku tersebut.
           
               
 


   Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya prilaku disebut proses belajar (learning process).
   Blum (1908) seorang ahli psikologipendidikan membagi prilaku manusia itu kedalam 3 kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Komponen kognitif terdiiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seorang mengenai objek tertentu seperti pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari penilaian dan komponen psikomotor terdiri dari kesiapan seorang untuk bereaksi atau kecendrungan untuk bertindak terhadap objek (Notoatmojo,2002).
  Dalam perkembangan, teori blum ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:  
A.    Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan . pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Tingkat seseorang didalam domain kognitif
1.      Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah meningkat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
          
         


2.      Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui yang dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3.      Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4.      Analisis
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen tetapi masih tindakan suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada.
6.      Evaluasi
     


    
    
B.     Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari hari merupakan reaksi yang bersifat, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku.
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaituh:
1.      Kepercayaan (keyakinan) ide/konsep terhadap suatu objek.
2.      Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3.      Kecendrungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini bersama sama membentuk sikap yang utuh. Berbagai tingkatan sikap yaituh:
1.      Menerima, diartikan subjek mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan objek.
2.      Merespon, memberikan jawaban apabila ditanya, mengejakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3.      Menghargai, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendikusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.

  

    

4.      Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilinya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmojo, 2003)

C.     Ciri Ciri Dan Fungsi Sikap
Sikap menentukan jenis tabiat tingkah laku hubungannya dengan perangsangan yang relevan orang orang atau kejadian kejadian dapatlah dikatakan bahwa sikap itu faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap.
1.      Sikap itu dipelajari
Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dengan motif motif psikologi lainnya yang tidak dipelajari misalnya lapar, haus, adalah motif psikologi yang tidak dipelajari sedangkan pilihan kemakanan eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja atau tanpa kesadaran sebagian individu. Barang kali terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal ini akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membatu tujuan kelompok, atau memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2.      Memiliki kesadaran (stability)
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengelaman.
 






3.      Personal societal significance
           Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Sikap seorang merasa bahwa orang lain, menyenangkan, terbuka serta hangat maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable.
          
4.      Berisi cognity dan affecti
           Komponen cognity dan affect dari pada sikap adalah berisi informasi yang factual. Misalnya objek itu dirasakan menyenangkan/tidak menyenangkan.

5.      Approach avoidance directionalitity
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaiknya bila seorang memiliki sikap yang anfavorable, mereka akan menghindarinya (Ahmadi, 1999).

D.    Fungsi sikap

1.      Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri

Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah dipelajari sehingga muda pula menjadi milik bersama. Biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya. yang mengambil sikap yang sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku anggota lainya.



           



2.      Sikap sebagai alat pengukur tingkah laku

           Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsangan dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa yang sudah lanjut usia perangsangan itu pada umumnya tidak diberi, reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan perangsangan itu. Jadi antara perangsangan dan reaksi terdapat suatu yang disisipkan yaituh sesuatu yang berwujud pertimbangan pertimbangan terhadap perangsangan itu.

3.      Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengelaman pengelaman

           Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia dalam menerima pengelaman pengelaman dari luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengelaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih milih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengelaman itu diberi nilai lalu dipilih.

4.      Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap sikap pada objek tertentu sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. jadi sikap sebagai pernyataan pribadi (Ahmadi, 1999).







2.10.2    Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku

Green (1980), mengembangkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi prilaku adalah sebagai berikut:

a.       Faktor prediposisi (Predisposing factor)
Seperti kebiasaan, tradisi, sikap, kepercayaan, pengetahuan dan lain lain

b.      Faktor yang memudahkan (Enebling factor)
Seperti ketersediaan fasilitas dan lain sebagainya.

c.       Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)
Seperti sikap dan prilaku petugas kesehatan (Notoatmojo, 2003)

2.10.3    Cara pembentukan prilaku

A.    Pembentukan prilaku dengan kebiasaan yaituh dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang di harapkan, akhirnya akan terbentuklah prilaku tersebut.

B.     Pembentukan prilaku dengan pengertian yaituh pembentukan prilaku yang ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaituh belajar dengan disertai adanya pengertian.








C.     Pembentukan prilaku dengan menggunakan model yaituh pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) (suryani, 2003).

2.10.4                 Proses Perubahan Prilaku

1.      Perubahan Alamiah
Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan, maka kita sering mengikuti perubahan itu tanpa banyak pikiran inilah yang disebut dengan perubahan alamiah.

2.      Perubahan tercerna
                   Perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri.

3.      Kesediaan berubah
Sebagian orang sangat cepat untuk menerima suatu perubahan, tetapi sebagian orang lain sangat lambat untuk menerima perubahan (Notoatmojo, 2003).

2.10.5              Prilaku Kesehatan

                   Berdasarkan batasan prilaku dari skinner maka prilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. System pelayanan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini.







                  Prilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:

1.      Prilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Yaituh usaha usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2.      Prilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

                 Prilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit / kecelakaan.

3.      Prilaku kesehatan lingkungan

                 Yaituh bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).


                  




e.

 sikap